Terdepan KembangkanEkosistem Kendaraan Listrikdengan Kompetensi ICT
KENDARAAN listrik naik pamor kala penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 15-16 November 2022 silam. Para kepala negara dan delegasi yang hadir dalam acara internasional tersebut wara-wiri menaiki moda tranportasi mobil listrik.
PENGGUNAAN 1.500 kendaraan listrik di KTT G20 menjadi ajang pembuktian komitmen Indonesia terkait ransisi energi dari penggunaan energi fosil ke energi terbarukan. Tak cuma buat pejabat, pengawal ingga anitia penyelenggara KTT G20 juga memakai kendaraan listrik. Apabila ditarik ke belakang, penggunaan obil dan motor listrik pada era sekarang maupun masa mendatang erat terkait dengan agenda Tujuan embangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang disahkan 193 pemimpin unia, termasuk Indonesia yang diwakili Wakil Presiden Jusuf Kalla, pada 25 September 2015 di Markas esar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mengusung tema “Mengubah Dunia Kita: Agenda 2030 untuk embangunan Berkelanjutan”, kesepakatan pembangunan global itu suatu rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (2016-2030) guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan. SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target berlaku universal bagi seluruh negara. Semua negara tanpa terkecuali memiliki kewajiban moral untuk mencapai Tujuan dan Target SDGs. Tujuh belas tujuan SDGs adalah (1) Menghapus Kemiskinan; (2) Mengakhiri Kelaparan; (3) Kesehatan yang baik dan
Kesejahteraan; (4) Pendidikan Berkualitas; (5) Kesetaraan Gender; (6) Akses Air Bersih dan Sanitasi Layak; (7) Energi Bersih dan Terjangkau; (8) Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (9) Infrastruktur,
Industri, dan Inovasi; (10) Mengurangi Kesenjangan; (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan; (12) Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; (13) Penanganan Perubahan Iklim; (14) Menjaga
Ekosistem Laut; (15) Menjaga Ekosistem Darat; (16) Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat; (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Berbeda dari pendahulunya Millenium Development Goals (MDGs), SDGs dirancang dengan melibatkan seluruh aktor pembangunan : Pemerintah, Civil Society
Organization (CSO), swasta, akademisi, dan sebagainya. Sekira 8,5 juta suara warga di seluruh dunia juga berkontribusi terhadap Tujuan dan Target SDGs. Prinsip utama SDGs adalah Tidak Meninggalkan Satu Orang (Leave No One Behind). Maka, setidaknya SDGs harus bisa menjawab dua hal, yaitu Keadilan Prosedural dan Keadilan Subtansial. Keadilan Prosedural adalah sejauh mana seluruh pihak, terutama yang selama initertinggal, dapat terlibat dalam keseluruhanproses pembangunan. Adapun Keadilan
Subtansial yaitu sejauh mana kebijakan danprogram pembangunan dapat menjawab
persoalan-persoalan warga, terutamakelompok tertinggal.Terkait kewajiban melaksanakan SDGs,berbagai penelitian di Telkom University(Tel-U), menurut Wakil Rektor IV Bidang
Riset, Inovasi, dan Kerja Sama, Dr. Ir. Rina
Pudji Astuti, M.T., tujuannya mengarah ke
SDGs. Di antaranya tentang lingkungan
dan ekosistem, termasuk green energy dan
green campus.
Oleh karena itu, sejak beberapa
tahun lalu Tel-U membangun ekosistem
kendaraan listrik. Dimulai tiga tahun lalu
dengan melakukan uji coba penggunaan
mobil dan motor listrik di lingkungan
internal kampus di bawah penanganan
Direktorat Aset dan Logistik.
Permintaan dari pihak industri dan
hibah dari Telkom Grup mengakselerasi
program pengembangan ekosistem
kendaraan listrik Tel-U. Pada bulan
Juni-Juli 2022, Tel-U menunjuk Fakultas
Ilmu Terapan (FIT) dan Fakultas Teknik
Elektro (FTE) untuk masing-masing
mengkonversi motor berbasis bahan
bakar minyak menjadi motor listrik serta
mengembangkan baterai untuk kendaraan
listrik.
“Pada tahap awal, Tim FIT
mengkonversi motor bensin biasa menjadi
motor listrik. Pengembangan ke
depannya disesuaikan dengan
kebutuhan industri dari sisi
model dan lainnya. Tapi
penelitian tidak sebatas
mengembangkan motor dan
5
mobil listrik, melainkan harus disertai
juga dengan mengembangkan ekosistem
kendaraan listrik secara keseluruhan.
Misalnya sistem baterai listrik dan charger-
nya seperti apa? Sistem charger tidak boleh
menunggu baterai habis. FTE dipilih untuk
mengembangkan baterai, karena pembuatan
baterai listrik membutuhkan penelitian dan
acknowledge lebih,” jelas Rina.
Kendati penelitian dan pengembangan
baterai kendaraan listrik tidak murah, Rina
menilai, Tel-U tetap mesti melakukannya,
karena pangsa pasarnya sangat strategis.
Bahkan ekositem pengembangan kendaraan
listrik bakal meluas dengan meneliti dan
membangun kendaraan listrik, sistem
baterai, hingga sensor di motor atau mobil
listrik yang terhubung dengan jaringan
informasi di setiap charging station.
“Mudah-mudahan ada hibah dari pihak
lain agar pengembangan baterai kendaraan
listrik bisa bagus dan cepat. Setelah hal
itu memungkinkan, baru melakukan uji
kelayakan sertifikasi,” kata Rina seraya
menambahkan, penggunaan baterai
listrik ke depannya bisa untuk
bermacam keperluan.
Obsesi Tel-U mengembangkan
ekosistem kendaraan listrik
ditegaskan Rektor Prof. Dr. Adiwijaya,
S.Si., M.Si. di sela peringatan HUT ke-32
Tel-U di Gedung Covention Hall, Selasa
(29/11).
“Saat ini, Tel-U sedang mengembangkan
kerja sama pengembangan motor listrik,
yaitu motor listrik murni dan motor konversi
dari bensin ke listrik. Untuk motor listrik
murni, kami bekerja sama dengan PT
Volta. Kami akan terus mengembangkan
dengan mendesain produknya agar disukai
masyarakat, termasuk sistem manajemen
baterainya supaya tidak memberatkan.
Pengguna hanya tinggal menukar baterai dan
sebagainya. Insha Allah, ini sejalan dengan
target negara untuk mencapai nett zero
emision di tahun 2060,” katanya pada acara
bertema “Digital Talent and Innovation” itu.
Lebih jauh, Adiwijaya menuturkan, sekarang
tahap pengembangan motor listrik mencapai
uji produk, menentukan ergonomi, dan lainnya,
termasuk kualitas motornya sendiri.
“Insha Allah, sekarang sudah bisa
mengangkut beban dua kuintal,” katanya,
sembari berharap, “Kegiatan ini semoga
menginspirasi dan bermanfaat untuk seluruh
Indonesia.”
Perihal penunjukkan FIT sebagai
salah satu pihak yang terlibat dalam
pengembangan ekosistem kendaraan listrik
di Tel-U bukannya tanpa alasan. Merunut
eksistensi kendaraan listrik di Tel-U, Rina
menuturkan, cikal bakalnya berasal dari FTE
sekira tahun 2015-2016.
Tim dosen dan mahasiswa membuat konsep
dan desain kendaraan listrik untuk tugas akhir,
namun belum sampai dikomersialisasikan.
Waktu itu ada 2 produk scooter dan mobil listrik
seperti mobil balap serta sudah memiliki 2
hak paten. FTE juga mulai membuat penelitian
charger wireless untuk keperluan pengisian daya
kendaraan listrik.
Kemudian salah satu pakar kendaraan
listrik pindah ke FIT. Oleh karena itu,
program konversi motor listrik dilakukan
FIT. Selain tentu saja pertimbangan bahwa
pengembangan motor atau mobil listrik
ke depan bakal dilakukan FIT sebagai
pendidikan vokasi yang menitikberatkan